Fokus

Melawan Stigma Hoax dan Disinformasi Melalui Pendekatan Humanis Polwan Brimob

Minggu, 07 Juni 2020 01:12 WIB

Palu - Sejak pandemi Covid-19, peredaran berita hoax dan disinformasi terkait pandemi meningkat tajam. Berita-berita dan informasi fiktif ini beredar secara masif dan rutin di berbagai platform media sosial. Akibatnya terdapat disinformasi dan misinterpretasi dikalangan masyarakat terhadap penanganan pandemi dan kebijakan pemerintah.

 

Hoax dan disinformasi ini jika tidak ditangani secara masif, tepat dan cepat akan berakibat pada perpecahan dan penolakan terhadap penanganan kesehatan yang berakibat pandemi ini tidak kunjung usai. 

 

Bibit perpecahan dan penolakan penanganan protokol kesehatan sesuai standar yang berlaku ini sudah terbukti dan terjadi berulang. Sebagai contoh adalah pengambilan jenazah secara paksa dan penolakan untuk mengikuti rapid test. 

 

Satuan Brimob Polda Sulteng yang melaksanakan kegiatan penyemprotan disinfektan pada tiga lokasi di pasar Inpres Palu , Taman Hutan kota Palu dan Taman Vatulemo kota Palu turut berupaya memerangi stigma yang ditimbulkan berita hoax dan disinformasi dengan menerjunkan personel Polwan guna memberikan himbauan dan edukasi terhadap warga. Kegiatan ini dilaksanakan Sabtu, 06 Juni 2020 dan merupakan bagian dari kegiatan penyemprotan disinfektan serentak Korpa Brimob Polri diseluruh Indonesia. 

 

Penerjunan Polwan ini bukan tidak beralasan, menurut pakar, wanita cenderung memiliki gaya komunikasi yang lebih empatik ketimbang pria. "Gaya komunikasi yang mencerminkan kerendahan hati, kebersamaan, kohesivitas sosial ini diasosiasikan dengan gaya kepemimpinan yang feminin" sebagaimana dikutip dari wawancara Hani Yulindrasari yang dimuat di situs www.tempo.co, Ia adalah seorang doktor soal studi gender dari University of Melbourne, yang sekarang mengajar psikologi gender di Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung (Jawa Barat).

 

"Selain itu sosok Polwan dengan kebudayaan kita yang menghargai sosok perempuan adalah magnet tersendiri bagi masyarakat. Kita sebagai orang timur selalu menempatkan sosok-sosok wanita berpengaruh pada posisi tinggi dalam kebudayaan, secara khusus posisi wanita berkuasa lebih menonjol pada kisah-kisah fiksi, legenda, sage dan mite yang beredar di masyarakat sejak dulu. Inilah yang menanamkan perbedaan perhatian yang lebih banyak terhadap komunikasi pada sosok wanita yang memiliki kekuasaan dan kepintaran. Polwan adalah sosok yang mewakili hal tersebut dimasyarakat saat ini" Ujar Bripka Azli Haditia, SS personel PID Satbrimob Polda Sulteng. 

 

Melalui penyampaian dengan gaya komunikasi yang digambarkan secara akurat oleh Hani Yulindrasari inilah, "perang langsung" terhadap opini dan stigma yang dimunculkan oleh hoax dan disinformasi dapat berjalan lebih efektif. Kemampuan verbal dalam bentuk kemampuan mengolah kata-kata yang tepat dan cepat adalah modal yang ditimbulkannya. Alhasil, para Polwan dinilai lebih mampu mempengaruhi pikiran dan hati pihak lain melalui kata-kata dan suara mereka. 

 

www.studilmu.com menyatakan, ini didukung dengan kemampuan dalam hal menunjukkan postur dan gerakan yang mendukung, mampu membaca kompleksitas emosi wajah serta mampu mendengarkan perubahan tekanan di dalam suara. Rata-rata wanita memiliki rasa yang lebih baik di dalam selera, sentuhan, penciuman dan pendengaran sehingga dengan demikian wanita lebih mampu mengerti berbagai hal yang tersirat. (Azli Haditia Sinaga, SS)